Powered by Blogger.
Home » » Kiblat Parpol Untuk Pilgubsu

Kiblat Parpol Untuk Pilgubsu


Oleh : Dr Anang Anas Azhar MA


Satu atau dua bulan ke depan, konstelasi pilgub di Sumatera Utara bakal ramai. Ramai karena masing-masing partai politik (parpol) berada pada titik klimaks menentukan siapa calon parpol yang akan diusung partai. Tak ketinggalan pula, para balon gubsu, mulai sibuk mencitrakan diri masing-masing, melobi pimpinan parpol di propinsi bahkan pusat agar calon tersebut resmi diusung partai.

Pertanyaannya sekarang, kemana kiblat parpol di Sumatera Utara menjelang pilgub? Pertama, dalam perspektif politik, harus kita katakan bahwa parpol sangat menginginkan calon yang diusungnya menang pada pilgubsu 2018 mendatang. Guna memenangkan pilgubsu itu, maka sangat urgen dilakukan proses dukungan, identifikasi dukungan, bahkan kalkulasi matematika politik pun harus dilalui agar calon yang bersangkutan memenangi kompetisi pilgubsu 2018 nanti. Kedua, pengaruh sentral kekuasaan di parpol sangat menentukan. Misalnya, sejauh mana lobi calon untuk menarik simpati parpol yang memiliki pengaruh, sebut saja parpol yang memiliki kursi di senayan atau di DPRD Propinsi. Sang calon dipastikan akan mengambil pengaruh parpolnya. Calon berkeinginan penuh untuk diusung parpol yang berkuasa dan memiliki pengaruh di pusat dan daerah. Dua pengaruh kuat ini, menurut saya menjadi referensi utama dalam memilih parpol. Begitu juga sebaliknya, parpolpun terlihat lebih selektif kepada para calon yang akan diusung. Kebanyakan parpol dalam menentukan calon yang diusung, berlatarbelakang agama, komitmen atas kemenangan dan terakhir kepedulian calon yang diusung parpol pasca terpilih menjadi gubernur.     

Jika kita merujuk data kursi di DPRD Sumut periode 2014-2019, ada 100 anggota dewan produk Pileg 2014. Rinciannya, Partai Golkar memperoleh 17 kursi. PDIP 16 kursi, Demokrat 14 kursi, Gerindra 13 kursi, Hanura 10 kursi, PKS 9 kursi, PAN 6 kursi, NasDem 5 kursi, PPP 4 kursi, PKB 3 kursi, dan PKPI 3 kursi. Dari 11 kursi parpol yang memperoleh kursi di DPRD Provinsi, baru PKB yang sudah menyatakan dukungan resminya kepada balon gubsu incumbent Tengku Erry Nuradi, sedangkan selebihnya baik calon gubsu maupun parpol belum menyatakan ikrar dukungan kepada parpol atau calon gubsu manapun.  

Kemana Parpol Berlabuh
Kendati rentan waktu pelaksanaan pilgubsu hampir setahun lagi, beberapa nama calon gubsu terlihat muncul. Tanpa menafikan nama-nama populer dalam kompetisi pilgubsu 2018 lain, agaknya dua nama bahkan tiga nama yang saya sebut ini menjadi buah bibir masyarakat Sumatera Utara yang dikenal heterogen. Tiga nama itu adalah calon incumbent Tengku Erry Nuradi, Pangkostrad Edy Rahmayadi, dan mantan Gubsu H Syamsul Arifin.

Dari tiga nama ini, bisa jadi mengkrucut menjadi dua nama yakni Tengku Erry Nuradi dan Edy Rahmayadi. Mengapa demikian? Saya kira tanpa menafikan pendapat dan penilaian masyarakat, Syamsul Arifin dalam kapasitasnya sebagai bakal calon gubsu masih dinilai pantas, meski oleh sebagian masyarakat Sumut beliau sudah pernah menjalani hukuman atas putusan pengadilan beberapa tahun lalu. Atas dasar analisa itulah, saya mengemukakan bahwa parpol dipastikan akan berlabuh kepada dua nama yakni Tengku Erry Nuradi dan Edy Rahmayadi. Meski pada akhirnya, dinamika politik terus berjalan dan berkata lain, andai-andai saja ada "kuda hitam" yang muncul untuk dicalonkan satu atau dua parpol dari pusat, misalnya DPP parpol mencalonkan kadernya langsung dari pusat kekuasaan menjadi calon gubsu.

Mengkrucutnya dua calon ini bakal bertarung di Pilgubsu 2018, ada beberapa alasan. Pertama, dua calon ini dikenal sebagai petarung. Poros politik dua figur ini, baik Edy Rahmayadi atau Tengku Erry Nuradi sama-sama memiliki latar belakang etnis melayu. Keduanya, hanya tinggal pandai dan cerdas saja dalam memilih pasangan pada pilgubsu nanti. Kedua, poros politik dua figur ini sama-sama memiliki kekuatan luar biasa. Edy Rahmayadi misalnya, beliau kini sedang menjabat Pangkostrad, dan pastilah dengan jabatan yang ia sandang saat ini, lingkaran TNI akan berperang memenangkan dirinya dalam pilgubsu nanti. Tak kalah pentingnya juga dengan Tengku Erry Nuradi. Beliau seorang gubsu incumbent  yang akan mencalonkan kembali, memiliki infrastuktur yang cukup luas kepada parpol di sentral kekuasaan. Begitu juga ketika sudah dinyatakan calon, kekuasaan infrastrukturnya sebagai gubsu, akan mempengaruhi sampai ke desa dan kelurahan. Bahkan, keterlibatan bupati/walikota pun secara terselubung akan berjalan secara massif.

Bagaimana dengan parpol, dan kepada siapa parpol yang 10 lagi mengusung calonnya? Tak salah kalau saya menyebutnya dengan poros Edy Rahmayadi. Beliau sudah dari awal memastikan Ijeck atau H Musa Rajekshah sebagai wakilnya. Parpol yang berpeluang kuat mendukung poros ini adalah Gerindra, PKS, Hanura, PAN, Demokrat PPP, bahkan bisa jadi Partai Golkar. Sedangkan Tengku Erry, parpol yang bepeluang mengusung calon incumbent ini adalah PKB, PDIP, NasDem dan PKPI. Analisa politik ini bisa saja terjadi, karena melihat latar belakang politik dari masing-masing parpol di sentral kekuasaan.

Namun, andai saja Tengku Erry berpasangan dengan Ngogesa Sitepu menjadi wakilnya, bisa jadi Partai Golkar akan beralih ke Tengku Erry Nuradi. Tetapi, peluang ini sangat berat kemungkinan dengan beberapa catatan fakta politik yang sudah terjadi di internal Golkar. Salah satunya, sebelum Setnov Ketua Umum Golkar tersangka sudah dikeluarkan rekom DPP Partai Golkar Ngogesa Sitepu akan menjadi wakil Tengku Ery Nuradi, tetapi skenario itu mulai berubah sejak Megawati turun ke Medan meresmikan kantor PDIP Sumut yang baru.

Akhirnya, beberapa uraian teoretis dan fakta politik yang disampaikan penulis, dinamika politik akan terus berjalan sampai detik-detik terakhir sebelum pendaftaran calon ke komisi pemilihan umum. Pergerakan politik dan lobi-lobi politik terus berjalan, sampai parpol dan calon menemukan posisi yang pas untuk siapa perahu parpolnya dilabuhkan. Sebaliknya, parpol mana yang pas mengambil calonkan agar diusung dari parpolnya hingga ke konsituennya. 

Sampai saat ini, para calon gubsu baru menjalani proses pendaftaran ke parpol yang dibuka oleh parpol masing-masing. Mengapa parpol membuka pendaftaran dan penjaringan balon gubsu. Ini tidak lain, karena parpol sangat berkeinginan agar calon yang diusung jangan hanya calon semata. Tetapi, lebih dari itu mampu mengubah dan mampu melayani umat setelah parpol mencalonkannya dan terpilih menjadi kepala daerah.**

** Penulis adalah Dosen FIS dan Pascasarjana UIN Sumatera Utara ** 

0 comments:

Post a Comment