Medan - Kerajaan Arab Saudi sebaiknya memberikan keistimewaan kepada Pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam hal pengelolaan kuota haji, yang semakin tahun terus meningkat jumlahnya.
"Hubungan diplomatik antara Arab Saudi-Indonesia tetap dipertahankan. Salah satu hubungan yang baik itu, mengelola masalah haji. Pemerintah perlu meminta lagi jumlah kuota haji seiring dengan tingginya animo masyarakat Indonesia menunaikan haji," kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Dr Anang Anas Azhar MA menjawab wartawan, di Medan, Minggu (26/2).
Anang menyebutkan, hubungan diplomatik antara kedua negara ini, jangan hanya sebatas persoalan ekonomi dan perdagangan. Tetapi, dalam hal-hal strategis keagamaan juga harus ditingkatkan, seperti pengelolaan urusan haji, yang setiap tahunnya Indonesia mengalami kelebihan jamaah.
"Jumlah kuota dengan yang berangka haji tak sebanding. Karenanya, sangat wajar Arab Saudi memberikan kuota haji istimewa khusus Indonesia dalam memberangkatkan jamaah haji Indonesia," katanya.
Anang yang juga Dosen Pascasarjana UIN-SU ini menyarankan, sebaiknya pemerintah harus menegosiasi ulang soal peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan haji dengan Arab Saudi. Dari tahun ke tahun, pelayanan haji harus meningkat bukan justru lebih buruk.
"Selaku pemegang kuota terbesar haji, yakni 221.000 jamaah, Indonesia sudah sewajarnya meminta keistimewaan bagi jamaah Indonesia untuk berangkat haji," katanya.
Persoalan lain yang mendera calon jemaah haji Indonesia, kata Anang, adalah soal pemondokan agar tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram.
"Jadi, kedatangan Raja Salman ke Indonesia harus dioptimalkan untuk menyelesaikan persoalan kuota haji dan pemondokan haji Indonesia," kata Anang Anas Azhar.**
"Hubungan diplomatik antara Arab Saudi-Indonesia tetap dipertahankan. Salah satu hubungan yang baik itu, mengelola masalah haji. Pemerintah perlu meminta lagi jumlah kuota haji seiring dengan tingginya animo masyarakat Indonesia menunaikan haji," kata Pengamat Komunikasi Politik Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Dr Anang Anas Azhar MA menjawab wartawan, di Medan, Minggu (26/2).
Anang menyebutkan, hubungan diplomatik antara kedua negara ini, jangan hanya sebatas persoalan ekonomi dan perdagangan. Tetapi, dalam hal-hal strategis keagamaan juga harus ditingkatkan, seperti pengelolaan urusan haji, yang setiap tahunnya Indonesia mengalami kelebihan jamaah.
"Jumlah kuota dengan yang berangka haji tak sebanding. Karenanya, sangat wajar Arab Saudi memberikan kuota haji istimewa khusus Indonesia dalam memberangkatkan jamaah haji Indonesia," katanya.
Anang yang juga Dosen Pascasarjana UIN-SU ini menyarankan, sebaiknya pemerintah harus menegosiasi ulang soal peningkatan kualitas pelayanan dan kenyamanan haji dengan Arab Saudi. Dari tahun ke tahun, pelayanan haji harus meningkat bukan justru lebih buruk.
"Selaku pemegang kuota terbesar haji, yakni 221.000 jamaah, Indonesia sudah sewajarnya meminta keistimewaan bagi jamaah Indonesia untuk berangkat haji," katanya.
Persoalan lain yang mendera calon jemaah haji Indonesia, kata Anang, adalah soal pemondokan agar tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram.
"Jadi, kedatangan Raja Salman ke Indonesia harus dioptimalkan untuk menyelesaikan persoalan kuota haji dan pemondokan haji Indonesia," kata Anang Anas Azhar.**
0 comments:
Post a Comment